Turis Tak Mau Datang ke Indonesia Jika Tidak Ada Ketenangan

0

Turis Tak Mau Datang ke Indonesia Jika Tidak Ada Ketenangan

Turis
Turis Tak Mau Datang ke Indonesia Jika Tidak Ada Ketenangan

WorldNews – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar berharap masyarakat untuk menjaga perdamaian di Indonesia. Dia menjelaskan tanpa kerukunan, potensi bangsa tidak dilirik masyarakat global.

Padahal, kata dia, investasi dari beragam pihak, didalam dan luar negeri, terlampau diperlukan didalam pembangunan. Nasaruddin menyampaikan turis mancanegara enggan datang ke Indonesia bila tak ada ketenangan dan kedamaian.

“Kita mesti membuktikan, tanpa Kementerian Agama jualan bangsa ini tidak laku di luar negeri. Tanpa kerukunan itu semua tak terjual,” kata Nasaruddin dikutip dari siaran pers, Miggu (2/2/2025).

“Tidak ada turis berkenan datang ke Indonesia terkecuali tidak ada ketenangan dan kedamaian,” sambungnya.

Dia mencontohkan Maluku Utara merupakan keliru satu daerah potensial yang dikenal kaya dapat rempah dan termasuk aneka tambang. Para investor dapat tertarik terkecuali kawasan ini konsisten terjaga kedamaian dan kerukunan masyarakatnya.

Nasaruddin menuturkan menumbuhkembangkan kerukunan dan kedamaian di sedang masyarakat yang plural adalah tugas sekaligus kontribusi Kementerian Agama. Menurut dia, terjaganya kerukunan adalah kontribusi besar Kemenag bagi bangsa.

“Negeri aman, tenteram, dan damai, jangan lupakan bersama Kementerian Agama,” tutur Menag Nasaruddin.

Menag Buka MTQ Internasional ke-4, Tegaskan Al-Qur’an Melarang Eksploitasi Alam

Sementara itu, Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar membuka Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Internasional ke-4 di Jakarta. Perhelatan berikut diikuti 60 Delegasi dari 38 negara.

Menag memastikan bahwa Al-Qur’an memberi perhatian terhadap pelestarian lingkungan. Ia menjelaskan bahwa Al-Qur’an tidak membetulkan segala tindakan ekploitasi alam.

“Ini menjadi tantangan bagi kami semua. Kita mesti membuktikan bahwa Al-Qur’an memberi perhatian terhadap pelestarian lingkungan sebagai suatu keharusan,” ujar Nasaruddin.

Menag menyebut, pada mulanya terdapat analisis yang menyebut kitab-kitab suci, layaknya Al-Qur’an, Injil, Taurat, dan Zabur sebagai penyebab kerusakan lingkungan. Konsep manusia sebagai pemimpin (khalifah) di bumi telah digunakan untuk membetulkan eksploitasi alam.

“Namun, terkecuali kami membaca Al-Qur’an secara utuh, banyak ayat yang memastikan bahwa meskipun manusia berperan sebagai khalifah dan alam ditundukkan untuknya, manusia tetap diperintahkan untuk tidak melampaui batas,” jelasnya.

Nasaruddin mengungkapkan, keberlanjutan bumi terkait terhadap cara manusia merawatnya. Dikatakan Menag, pesan Al-Qur’an terlampau memahami bahwa manusia mesti bersahabat bersama alam, bukan menaklukkan, menjinakkan, bahkan membinasakan.

“Al-Qur’an sejak awal memperkenalkan konsep bahwa tidak ada benda mati. Segala suatu hal di alam ini bertasbih, memuji, dan mencintai Allah. Tidak mungkin suatu hal mampu mencintai tanpa emosi. Dengan demikian, alam semesta bukan sekadar objek, namun termasuk subjek,” ucapnya.

Menurut Menag, lingkungan yang terjaga bersama baik merupakan segi penting didalam membentuk manusia yang taat dan khusyuk didalam beribadah. “Tidak mungkin kami menjadi hamba yang taat dan khusyuk terkecuali lingkungan kami rusak,” imbuhnya.

Leave a Reply

WorldNews